Artikel

*Membedah Cara Penulisan yang Sesuai Kaidah Bahasa Indonesia: Allah atau Alloh, Amin atau Aamiin?
  Diterbitkan oleh Yusep Ahmadi F on 2 years ago

*artikel tersebut dipublikasikan pada laman pikiran rakyat online (https://sepasi.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-911529191/membedah-cara-penulisan-yang-sesuai-kaidah-bahasa-indonesia-allah-atau-alloh-amin-atau-aamiin)

Allah atau Alloh? Amin atau Aamiin?

 

Oleh: Yusep Ahmadi F.

 

Manusia adalah makhluk berbahasa, oleh karenanya disebut animal symbolicum. Permasalahan bahasa yang sering ditemukan adalah soal bagaimana bahasa baku dan bahasa tidak baku digunakan. Kerap ditemukan semacam ‘benturan’ atau ketidakselarasan antara kebiasaan ragam lisan dan ragam tulisan. Di sini saya  tertarik menjelaskan mengenai fenomena kata Allah dan Alloh  amin dan aamiin.  Kata Allah yang merupakan kata untuk menunjuk Tuhan secara ejaan bahasa Indonesia, ditulis Allah. Namun, kita masih sering mendapati tulisan Alloh dalam berbagai jenis tulisan. Padahal sudah sejak lama tulisan Allah ini dibakukan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Selain itu, kata yang sering pula salah ditulis adalah kata amin. Masih banyak orang menulisnya dengan  Aamiin.  Kata amin yang juga merupakan kata serapan dari bahasa Arab juga sudah dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata amin secara leksikal bermakna kabulkanlah atau terimalah. Lalu, mengapa masyarakat kita masih banyak yang salah tulis?

Ditinjau dari konteks penggunaannya kata Allah dan Amin  sering digunakan pada saat orang berdoa. Nah, ketika berdoa kita sering mengucapkan kata itu dengan penuh kekhidmatan dan kehusukan (sakral). Kata Allah sejatinya bagi muslim dibaca [AllOOh]. Dan kata amin Ketika dilisankan dalam konteks berdoa pasti menjadi [aamiin]. Hal itu terjadi karena seorang muslim yang berdoa secara inheren pasti tidak bisa lepas dengan aturan baca quran (tajwid dan makhorijul huruf dll.)  

Tampak di sini ada semacam ‘benturan’ atau ketidakselarasan antara ragam lisan bahasa aslinya yang diujarkan /Alloh/  [ اللّٰه ] dan /Aamiin/  [  آمين‎ ]  kemudian harus berubah menjadi Allah dan Amin dalam bahasa tulis. Mengikuti pendapat van Dijk (2009) bahasa tidak terlepas dari ideologi pengujarnya. Oleh karenanya, seorang muslim ketika menulis kata Allah dan Amin masih banyak yang menulisnya dengan /Alloh/ dan /aamin/. Boleh jadi, ini merepresentasikan bahwa mereka yang masih menulis Alloh dan aamiin punya ideologi agama yang dominan dibanding dengan ideologinya sebagai penutur  bahasa Indonesia yang baik dan benar.   

 

Berangkat dari sana,  fenomena semacam ini bisa dikatakan sebagai fenomena kata yang belum bisa keluar dari habitusnya. Meminjam pandangan Bourdieu (dalam Lee, 2015) habitus dapat dimaknai sebagai aturan, adat, kebiasaan yang menjadi ciri khas suatu kelompok. Nah, boleh jadi kata [ اللّٰه ] dan [  آمين‎ ]  belum bisa keluar dari habitusnya sebagai bahasa Al Quran dan yang digunakan muslim saat berdoa. Oleh karenanya, masih banyak masyarakat kita yang masih salah dalam menuliskan kata Allah dan Amin sebagai bahasa Indonesia.

 

Nah, beranjak dari sana ternyata berbahasa itu sesuatu yang kompleks. Ada baiknya kita sebagai guru bahasa tidak langsung menghakimi masyarakat yang masih salah tulis, dengan hujatan. Mari kita benahi bahasa dengan ilmu dan cinta.

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Van Dijk. 2009. Discourse Studies: A Multidiciplinary Introduction. London: SAGE Publication.

Lee, Marteen J. 2015. Kebudayaan Konsumsi & Komoditas: Sebuah Kajian Politik Budaya Konsumen. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

 

 

 

 


Berlangganan di Blog CLS IKIP Siliwangi
Arsip
  • July 2022 (1)
  • April 2022 (1)
  • March 2022 (3)
  • February 2022 (1)
  • January 2022 (44)
  • December 2021 (1)
  • August 2021 (68)
  • July 2021 (140)