Artikel

PERENCANAAN PEMBELAJARAN SAINS ANAK USIA DINI
  Diterbitkan oleh Heni Nafiqoh on 2 years ago

PERENCANAAN PEMBELAJARAN SAINS ANAK USIA DINI

HENI NAFIQOH, M.PD

IKIP SILIWANGI

 

 

A.   Ruang Lingkup Program Pembelajaran Sains Untuk AUD

            Secara umum yang menjadi wilayah garapan pembelajaran sains meliputi dua dimensi besar, pertama dilihat dari sisi bahan kajian dan kedua dilihat dari bidang pengembangan atau kemampuan yang akan dicapai. Abruscato dan Nugraha (2005:99) mengemukakan bahwa ruang lingkup sains dilihat dari isi bahan kajian meliputi materi atau disiplin yang terkait dengan bumi dan jagat raya (ilmu bumi), ilmu hayati (biologi) serta bidang kajian fisika dan kimia. Isi bahan kajian bidang yang terkait dengan jagat raya (ilmu tentang bumi), mempresentasikan tantang pengetahuan pengetahuan yang benar mengenai alam semesta dan bagian bagian lainnya yang termasuk didalam kelompok ini meliputi astronimi, geology, meteorology.

Tetapi topik topik umum untuk mempelajari anak usia dini, biasanya meliputi :

·       Pengetahuan tentang bintang, matahari dan planet

·       Kajian tentang tanah, batuan dan pegunungan serta

·       Kajian tentang cuaca dan musim


Sedangkan isi bahan kajian terkait dengan ilmu ilmu hayati atau biologi meliputi botani, zoology dan ekologi. Dan khusus lingkup kajian kajian untuk pendidikan anak usia dini biasanya meliputi :

·       Studi tentang tumbuh tumbuhan

·       Studi tentang binatang atau hewan

·       Studi tentang hubungan antara tumbuhan dan hewan serta

·       Studi tentang hubungan antara aspek aspek kehidupan dengan lingkungannya.

            Ruang lingkup program pengembangan pembelajaran sains apabila ditinjau dari bidang pengembangan atau kemampuan yang harus dicapai, maka terdapat tiga dimensi yang semestinya dan dikembangkan bagi anak usia dini yaitu meliputi kemampuan terkait dengan ilmuan

B.     Model Program Pengembangan Pembelajaran Sains untuk AUD

 

            Jurnal yang berjudul pengembangan model pembelajaran sains bagi siswa Anak Usia Dini (Murtono,130) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola pembelajaran yang dapat menerangkan proses, menyebutkan dan menghasilkan lingkungan belajar tertentu sehingga peserta didik dapat berinteraksi yang selanjutnya berakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku peserta didik secara khusus. Terdapat beberapa model pengembangan program pembelajaran atau kurikulum yang terdapat dijadikan pedoman dalam pengembangan program pembelajaran kepada anak usia dini. Tytler dalam Samatowa (2010:57) menyatakan bahwa setiap model memiliki fase fase dengan istilah yang berbeda, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu  :

a)     Menggali gagasan siswa

b)    Mengadakan klarifikasi dan perluasan terhadap gagasan tersebut

 

            Menurut pandangan konstrktivis dalam Samatiwa (2012:63) dalam proses pembelajaran sains seyogyanya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi berupa interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses pembelajaran berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dengan kegiatan yang nyata.

 

Hasil kajian selama ini secara umum terdapat tiga pendekatan utama dalam pengembangan kurikulum sains pada jenjang pendidikan anak usia dini yang bisa kita/pendidik lakukan yaitu :

a. Pendekatan yang bersifat situasional

 

            Pendekatan yang bersifat situasional adalah pembahasan tentang sains akan diulas secara lebih mendalam apabila dalam pembelajaran muncul fenomena yang terkait dengan tuntutan, pembahasan konsep dan pengalaman sains pada sasaran belajar. Jadi pendekatan ini sangat ditentukan oleh muncul atau tidaknya konteks sains dalam pembelajaran yang sedang dilakukanm jika muncul maka pembelajaran akan segera disesuaikan dan diarahkan pada pembahasan sains, tetapi jika tidak muncul maka pembelajaran akan dilanjutkan sebagaimana semestinya. Dengan kata lain pendekatan ini dapat dilakukan sebagai program pengembangan pembelajaran sains yang berdasarkan situasi spotanitas (spontanous based treatment) sebagai titik awal dari (execellent starting point) untuk menjelaskan sains pada anak usia dini.

 

            Haren jelly dan Nugraha (2005:104-105) menyebutkan bahwa pendekatan tersebut sebagai pendekatan yang bersifat sensitif (sensitif approach) yaitu strategi pengembangan pembelajaran sains yang didasarkan atas kepekaan terhadap situasi kelas atau pembelajaran yang terjadi. Jadi pembelajaran sains akan diperkenalkan pada anak sesuai dengan perkembangan anak itu sendiri dan situasi didalam kelas, jika ada kesempatan maka harus difasilitasi secara optimal. Hal tersebut dikarenakan memang anak usia dini bersifat spontan, yang ai inginkan seringkali langsung ia pertanyakan kepada guru atau orang dewasa lainnya. Kemunculan itu sendiri, dapat saja di awal pembelajran, ditengah tengah pembelajaran ataupun jelang jelang akhir pembelajaran yang sedang dilakukan dan dilaksanakan.

 

b. Pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri

 

            Pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri diartikan sebagai program pengembangan pembelajaran sains yang dikemas secara khusus dan tersendiri. Pembelajaran sains diberikan waktu tersendiri sebagaimana bidang pengembangan lainnya dalam pendidikan anak usia dini, pembelajaran sains di setting (dirancang) secara khusus sesuai dengan karakteristik anak yang sesuai dengan relevant dengan tuntunan penguasaan sains. Jadi pengembangan pembelajaran sains bersifat reguler karena memiliki waktu dan tempat yang khusus dalam program kurikulum pendidikan anak usia dini yang ada dilakukan secara berkesinambungan dan dapat dilakukan oleh semuanya.

            Program sains tidak tergantung kepada program lainnya, walaupun tetap prinsip prinsip pengembangannya harus mengacu pada landasan pengembangan program (kurikulum) dengan program program pengembangan lainnya didalam sistem pendidikan yang ada. Haren Jelly dan Nugraha (2005:106) menyatakan bahwa untuk model pengembangan kurikulum pembelajaran sains direncanakan secara mandiri dan terpisah dengan alokasi waktu dan jam belajar tersediri.

 

            Secara tegas, Haren Jelly menyatakan untuk mengemas program sains dengan pendekatan tersebut, para pengembangan diberikan keleluasaan dan otoritas (kewenangan) yang tinggi. Pengembangan sains tidak dibebani tuntutan untuk menyelaraskan dan mengharmonisasikan program yang dibuatnya dengan program yang dibuat untuk mengembangkan bidang lainnya. Pikiran yang harus ada dalam pengembangan adaah plot waktu untuk sains kepada anak. Dan istilah dengan program yang secara optimal sesuai dengan karakteristik sains itu sendiri dan karakteristik anak sebagai sasaran pengembangannya.

 

Pendekatan yang bersifat merger atau terintregasi dengan disiplin lain atau bidang pengembangan lainnya


            Dalam pendeketan ini program sains dikembangkan dengan digabungkan secara formal dan sistematis dengan bidang pengembangan atau disiplin ilmu lainnya, sehingga dalam program pengembangan pembelajaran sains merupakan bagian dari suatu program kurikulum yang lebih luas dan terpadu sifatnya. Jadi dalam pengorganisasiannya pada pengembangan program harus mampu melihat secara seksama dengan karakeristik dari setiap bidang yang diintegritaskan dengan bidang sains tersebut.

 

            Disiplin atau bidang pengembangan lain yang diintegrasikan dapat bersifat terbatas, maupun terbuka secara luas dan tanpa dibatasi secara luas khusus. Contoh pengintegrasian program sains yang dilihat berdasarkan isi bahan kajian misalnya : penggabungan sains dan matematika, penggabungan sains dan sejarah, penggabungan sains dengan olahraga dan sebagainya. Sedangkan penggabungan program sains dilihat dari dimensi pengembangan kemampuan diantaranya : sains keterampilan, bahasa, moral, agama dan sebagainya menjadi satu kesatuan yang utuh

 

Beberapa saran yang harus diperhatikan oleh para guru sains ketika mengembangkan program sains secara umum diantaranya :

1.     Sebelum memenuhi pengembangan program pembelajaran hendaknya guru sudah meyakinkan diri bahwasanya guru sudah memahami perkembangan dan karakteristik anak secara memadai

2.     sebelum memulai pengembangan program pembelajaran hendaklah guru sudah meyakinkan diri bahwa sudah memahami ruang lingkup program sains, baik dari dimensi isi, bahan kajian, maupun dari dimensi pengembangan kemampuan anak.

 

3.     Jika rambu rambu 1 dan 2 tidak terpenuhi hendaklah dalam pengembangan program pembelajaran sains, guru dan peserta didik  melakukannya secara kelompok (teamwork). Bahkan jika diperlukan dan memungkinkan tim mengundang ahli khusus atau konsultan sehingga guru dan tim dapat berkerja dengan optimal.

 

4.     Bentuk dan wujud program sains yang dapat dihasilkan oleh guru dan tim, dapat berupa program 1 tahun, semester, catur wulan, bulan, perminggu atau perhari jadi dapat disesuaikan dengan kebutuhan lembaga dan kepentingan program lain secara keseluruhan

 

5.     Sebaiknya dapat memberikan kontribusi (sumbangan) terhadap perkembangan pembelajaran sains di tempat, sehingga program sains mendapatkan dukungan semua pihak

 

6.     Kemasalah isi program yang memperhatikan prinsip prinsip keseimbangan, keluwesan, kesinambungan, kebermaknaan dan fungsional. Sehingga program yang dihasilkan lebih adaptif terhadap berbagai perubahan kondisi lingkungan belajar, apalagi beberapa karakteristik anak usia dini menunjukan sifat yang amat situasional.

 

C.    Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Sains untuk AUD

 

            Secara umum terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru dan pedekatan yang berorientasi pada anak. Pendekatan yang bersifat kepada guru maksudnya adalah otoritas dan dominasi aktifitas, interaksi, dan komunikasi dalam pembelajaran cenderung dikuasai oleh guru atau pengajar, bahkan lebih jauh dalam otoritas guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi sehingga penentuan dan pengambilan keputusan tentang perkembangan, kemajuan, dan hasil dari pembelajaran. Porsi yang dibeirkan kepada anka atau anak meskipun disediakan tapu ruangnya amat terbatas. Sedangkan pendekatan kepada anak atau siswa adalah berdimensi sebaliknya, sistem pembelajaran memberikan porsi dan lahan luas kepada peserta didik untuk terlibat dan aktif dalam proses pembelajaran. Beberapa pengajar, dalam keterlibatan anak sehingga menyentuh level perencanaan dan penilaian, kemajuan, termasuk kedalam pengambilan keputusan atas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

 

            Yulianti (2010:24-29) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran sains pada anak usia dini (Taman Kanak Kanak) hendaknya memperhatikan prinsip prinsip yang berorientasi pada kebutuhan anak dengan memperhatikan hal hal berikut :

 

1.     Berorientasi pada Kebutuhan dan Perkembangan Anak

 

            Salah satu kebutuhan perkembangan anak adalah rasa aman, oleh karena itu jika kebutuhan fisik anak terpenuhi dan merasa aman secara psikologis. Maka anak akan belajar dengan baik, disamping itu perlu diperhatikan bahwa siklus belajar anak usia dini adalah berulang dengan memperhatikan perbedaan individu. Minat yang tumbuh akan memotivasi belajarnya, sedangkan anak akan belajar melalui interksi sosisal dengan orang orang dewasa dan anak anak lainnya. Tak kecuali dalam pembelajaran sains, minat sains anak dapat dibangkitkan melalui bermain sains yang dirancang dengan aman untuk anak, dirancang agar anak bisa bersosialisasi dengan teman temannya, membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu. Guru jangan malas untuk mengulang pertanyaan untuk membangkitkan minat dan mengulang untuk menegaskan jawaban yang benar

 

2.     Bermain Sambil Belajar


            Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak-anak dini. Untuk itu dalam memberikan pendidikan pada usia dini harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan bermain dapat menggunakan simbol unutk menggambarnya dunianya. Pembelajaran harus dirancang sedemikian sehingga melalui bermain anak-anak menemukan konsep dengan suasana yang menyenangkan dan tidak terasa telah belajar sesuatu dalam suasana bermain yang menyenangkan.

 

Manfaat bermain sambil belajar sains pada aspek-aspek perkembangan anak diantaranya adalah :

 

a. Aspek Perkembangan Motorik Kasar dan Halus
            Berbagai penelitian menunjukan bahwa bermain memungkinkan anak bergerak secara bebas sehingga mampu mengembangkan kemampuan motoriknya. Dia belajar memanjat melangkah melompat dan sebagainya.

 

b. Aspek Perkembangan Kognitif

            Piaget dalam Yulianti (2010:28) anak akan memahami pengetahuan melalui interaksi dengan onjek yang ada di lingkungan sekitarnya. Pada saat bermain sambil belajar sains anak akan memiliki kesempatan untuk mengetahui objek objek dengan cara mengamati, menyentuh, mencium, dan mendengarkan

 

c. Aspek Perkembangan Sosial

            Ketika anak sedang bermain sambil belajar sains anak dapat belajar bersosialisasi dan berkelompok sehingga membuka peluang untuk berinteraksi dengan anak satu dengan lainnya. Interaksi tersebut mengajarkan kepada anak cara merespon, memberikan dan menerima, menolak, menyetujui atau perilaku anak lain.

 

d. Aspek Perkembangan Bahasa

            Pada saat bermain sambil belajar sains anak dilatih mengemukakan bahasa untuk berkomunikasi dan menyatakan ide atau pikirannya.

 

e. Aspek Perkembangan Moral
            Setiap permainan mempunyai aturan, aturan akan dikenalkan oleh teman bermain sedikit demi sedikit, tahap demi tahap sampai anak memahami aturan bermain. Oleh karena itu, bermain akan melatih anak menyadari adanya aturan dan pentingnya mematuhi aturan. Hal ini merupakan tahapan awal dari perkembangan moral.

 

3.     Selektif, Kreatif dan Inovatif

            Materi sains yang disajikan dan dipilih sedemikian rupa sehingga dapat disajikan melalui bermain pengelolaan pembelajaran hendaknya juga dilakukan dengan cara dinamis. Artinya anak tidak hanya dijadikan sebagai objek, tetapi juga sebagai subjek dalam pembelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru dalam menyusun pembelajaran sains.

 

            Mengenalkan sains kepada anak dapat dilakukan dengan cara mengamati dan menyelidiki fenomena dan lingkungan sekitar. Anak juga dapat diajak belajar sains melalui permainan berbagai macam benda misalnya, air, kertas,tanah liat, daun daunan dan pohon sekitar sekolah dan lain sebagainya. 

 

4.     Rencana Kegiatan Pembelajaran untuk Anak Usia Dini

            Pembelajaran merupakan aktifitas berupa interaksi antara seseorang dalam suasana yang direncanakan secara teratur, agar kegiatan berlangsung secara sistematis. Untuk melaksanakan pembelajaran yang sistematis, maka dibutuhkan suatu rancangan kegiatan pembelajaran untuk memudahkan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh seorang guru dan siswa agar tujuan dari pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan efesien.

Rencana kegiatan pembelajaran merupakan penjabaran serta pengembangan dari kurikulum. Terry (dalam Majid, 2006:16) “Menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk dapat mencapai tujuan yang telah digariskan”. Untuk itu, ketika melaksanakan suatu kegiatan ataupun pekerjaan, sangat dibutuhkan suatu rancangan atau perencanaan agar kegiatan terlaksana dengan sistematis dan untuk mencapai suatu kegiatan yang ingin dicapai.

 

https://drive.google.com/file/d/17fqb3Yw6MQGTzQbBkQTb7fpkEaUpRMZk/view?usp=sharing


Berlangganan di Blog CLS IKIP Siliwangi
Arsip
  • July 2022 (1)
  • April 2022 (1)
  • March 2022 (3)
  • February 2022 (1)
  • January 2022 (44)
  • December 2021 (1)
  • August 2021 (68)
  • July 2021 (140)