Artikel

Perspektif Emik atau Posisi Emik
  Diterbitkan oleh Ecep Supriatna on 2 years ago

Dalam pandangan posisi atau perspektif emik dijelaskan bahwa untuk memberikan layanan konseling yang efektif kepada konseli dengan ragam budaya yang berbeda, konselor harus memiliki pengetahuan khusus dalam memahami budaya konseli. Oleh karena itu salah satu syarat bagaimana konseling bisa berjalan secara efektif menurut pandangan ini adalah dengan dimilikinya pengetahuan khusus dalam memahami budaya konseli oleh konselor, ketika konselor telah mengkonseptualisasikan semua karakteristik dari kelompok budaya ras dan etnis, maka konselor akan menjadi terampil dan menjadi konselor yang efektif. Posisi atau perspektif emik ini didasarkan pada rekomendasi para ahli dan peneliti bahwa untuk meningkatkan hubungan antara konselor dan konseli terutama pada konseli yang berasal dari etnis minoritas disarankan bagi konselor untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang berbagai budaya dan teknik khusus berdasarkan pengetahuan tentang konseli. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa konseli yang beragam secara budaya menerima kualitas bantuan konseling yang lebih rendah, seringkali ketika berhadapan dengan konseling yang memiliki ragam budaya yang berbeda terutama dalam kasus konseli dengan etnis minoritas maka seringkali konselor memberikan layanan konseling yang berkualitas rendah karena konselor tidak terbiasa dengan latar belakang budaya konseling mereka yang beragam secara etnis. Kurangnya pengetahuan tentang latar belakang budaya konseli tersebut menandakan bahwa konselor tidak dapat merancang konseling sesuai dengan secara budaya. Premis lain dalam posisi emik adalah bahwa teori konseling misalkan client center, psikodinamik, behavioristik  ini dimulai dari kerangka budaya Euro-Amerika. teori-teori ini mencerminkan nilai-nilai adat istiadat filosofi dan bahasa budaya di mana teori ini berasal dan dikembangkan. Seringkali teori-teori tersebut diadaptasi untuk digunakan pada konseli yang beragam budaya, adaptasi semacam ini tidak efektif karena nilai-nilai yang tersirat dalam teori tersebut seringkali bertentangan dengan nilai dan pengalaman anggota kelompok yang berbeda secara budaya. Menggunakan teori-teori konseling tersebut tidak menghilangkan atau meniadakan pengaruh implisit yang dipresentasikan dari teori tersebut sebagai contoh bahwa sebagian besar teori barat menekankan individualisme dan pengembangan perasaan diri yang terpisah sedangkan mayoritas masyarakat di Timur memiliki gagasan identitas yang lebih kolektif. Budaya-budaya ini tidak mendefinisikan unit operasi psikososial sebagai individu tetapi berfokus pada kelompok sebagai unit operasi yang paling signifikan. Jadi konseli yang berasal dari budaya politik mungkin lebih terbantu apabila konselingnya berhubungan pada unit keluarga teman atau orang-orang yang berkaitan dalam kehidupannya dibandingkan dengan dimensi intrapsikis internal yang paling sering ditekankan dalam konteks kerangka budaya barat. Oleh karena itu dibanding hanya sekedar mengadaptasi teori berbasis Euro-Amerika, pendekatan khusus budaya menegaskan bahwa teori konseling akan semakin kaya jika teori dimulai dari sudut pandang budaya tuan rumah. Sederhananya pendekatan emik dalam konseling multikultural menekankan bahwa teori dan teknik paling baik dalam melayani konseli yang beragam secara budaya adalah ketika teori konseling tersebut dikembangkan dari kerangka khusus budaya di mana konseli tersebut berasal.


Berlangganan di Blog CLS IKIP Siliwangi
Arsip
  • July 2022 (1)
  • April 2022 (1)
  • March 2022 (3)
  • February 2022 (1)
  • January 2022 (44)
  • December 2021 (1)
  • August 2021 (68)
  • July 2021 (140)