Artikel

RUANG LINGKUP SAINS UNTUK ANAK USIA DINI
  Diterbitkan oleh Heni Nafiqoh on 2 years ago

RUANG LINGKUP SAINS UNTUK ANAK USIA DINI

HENI NAFIQOH, M.PD

IKIP SILIWANGI

 

A.    kesiapan pembelajaran sains pada anak usia dini

Perkembangan anak merupakan suatu proses yang kompleks, bahkan terkadang melahirkan berbagai teka-teki bahkan spekulasi. Oleh karena itu, dapat dimaklumi terdapat berbagai sudut pandang dalam menjelaskan dinamika perkembangan dan kesiapan belajar anak, terutama dalam menerima pembelajaran sains. Dengan merujuk pendapat beberapa ahli psikologi perkembangan, M. Solehuddin dan Ihat Hatimah (2007) menjelaskan bagaimana anak berkembang dan menerima pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

a)     Pertama, pengalaman awal bagi anak bersifat kumulatif dalam arti jika suatu pengalaman jarang terjadi, maka pengalaman tersebut dapat memiliki pengaruh sedikit. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut sering terjadi, maka pengaruhnya dapat kuat, kekal dan bahkan bertambah. Pengalaman awal juga dapat memiliki pengaruh yang tertunda terhadap pengalaman berikutnya. Lebih lanjut, pada periode tertentu dari masa kehidupan, beberapa jenis belajar dan perkembangan terjadi sangat efisien. Misalnya, tiga tahun pertama kehidupan merupakan periode optimal perkembangan bahasa dan sains yang sederhana.

b)    Kedua, Belajar pada anak berlangsung dari pengetahuan behavioral yang sederhana ke pengetahuan simbolik atau representasional yang lebih kompleks. Anak banyak belajar dari pengalaman langsung dan secara berangsur mengembangkannya ke dalam bentuk pengetahuan simbolis, seperti gambar, tulisan, permainan peran, teknologi (sains) terapan sederhana, dan sejenisnya. Berdasarkan kedua prinsip tersebut diatas, maka pembelajaran sains bagi anak usia dini bukanlah hal yang sulit untuk diterapkan, sebab secara psikologis dalam diri anak itu sendiri telah ada kesiapan menerima dan menguasai sekaligus mengakumulasikan berbagai pembelajaran, yang proses penerimaanya secara bertahap dari yang sederhana menuju kearah yang kompleks.

 

B.    ruang lingkup pada pembelajaran sains anak usia dini

Ruang lingkup program pengembangan pembelajaran sains sesungguhnya tercermin pada pengertian dan batasan-batasan yang terkandung dalam sains itu sendiri. Ruang lingkup pembelajaran pada anak usia dini dapat dianalisis berdasarkan wilayah garapan dan berdasarkan bidang pengembangan atau kemampuan. Dalam ruang lingkup wilayah garapan pembelajaran sains meliputi dua dimensi besar, pertama dilihat dari isi bahan kajian dan kedua dilihat dari bidang pengembangan atau kemampuan yang akan dicapai. Deskripsi pembelajaran sains dilihat dari isi bahan kajian meliputi materi atau disiplin yang terkait dengan bumi dan jagat raya (ilmu bumi), ilmu-ilmu hayati (biologi), serta bidang kajian fisika dan kimia.(Abruscato, 2001). Isi bahan kajian bidang yang terkait dengan jagat raya (ilmu tentang bumi) mereprsentasikan tentang pengetahuan-pengetehuan yang benar mengenai alam semesta dan bagian-bagiannya. Yang termasuk dalam kelompok ini meliputi astronomi, geologi, meteorologi dan bagianbagian isi pengetahuan bidang tersebut. Tetapi, topik-topik umum untuk pembelajaran pada anak usia dini, biasanya meliputi: 1) pengetahuan tentang bintang, matahari dan planet, 2) kajian tentang tanah, batuan dan pegunungan, serta 3) kajian tentang cuaca atau musim. Contoh uraian tujuan rencana pembelajaran sebagai berikut: siswa dapat menyebutkan jenis-jenis binatang melata. Isi bahan kajian terkait dengan ilmu-ilmu hayati atau biologi meliputi botani, zoology dan ekologi. Secara khusus lingkup kajian untuk pendidikan anak usia dini biasanya menggambarkan tentang program sains yang meliputi: 1) studi tentang tumbuh-tumbuhan, 2) studi tentang binatang atau hewan, 3) studi tentang hubungan antara tumbuhan dan hewan, serta 4) studi tentang hubungan antara aspek-aspek kehidupan dengan lingkungannya.

topik atau isi bahan kajian yang terkait dengan ilmu-ilmu fisika dan kimia dalam program sains untuk anak meliputi: 1) studi tentang daya, 2) studi tentang energi, serta 3) studi tentang rangkaian dan reaksi kimiawi. Kedalaman pengetahuan yang diberikan pada siswa PAUD dalam tarap yang sederhana, misalnya siswa dapat menyebutkan proses terjadinya hujan, atau proses mencerna makanan. Ruang lingkup program pengembangan pembelajaran sains apabila ditinjau dari bidang pengembangan atau kemampuan yang harus dicapai, maka terdapat tiga dimensi yang semestinya dikembangkan bagi anak usia dini yaitu meliputi kemampuan terkait dengan penguasaan produk sains, penguasaan proses sains dan penguasaan sikap-sikap sains (jiwa ilmuwan). Arah pengembangan program pembelajaran sains sebagai suatu proses ditujukan pada perencaanaan dan aktivitas sains yang dapat membantu anak dalam menguasai keterampilan yang terkait dengan cara pengenalan dan perolehan sains yang benar. Cara-cara tersebut sering dikenal sebagai metode sains, atau metode ilmiah.

 Pentingnya anak menguasai caracara tersebut, karena sains dipandang sebagai sesuatu yang memiliki disiplin yang ketat, obyektif dan suatu proses yang bebas nilai. Dengan ketentuan seperti itu, maka anak usia dini sejak awal perlu diperkenalkan pada prosedur dan teknik kerjanya secara benar; sehingga kecakapan-kecakapan tersebut menjadi suatu yang melekat kuat hingga anak menjadi ilmuwan yang sesungguhnya. Adapun, sesuai dengan karakteristik proses sains, maka kemampuan yang dapat diprogramkan dan dilatihkan pada anak usia dini, diantaranya: kemampuan mengamati, menggolongkan, mengukur, menguraikan, menjelaskan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting tentang alam, merumuskan problem, merumuskan hipotesis, merancang penyelidikan termasuk eksperimen-eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.

Kemampuan-kemampuan sebagaimana disebutkan di atas tentu pada tarap yang sederhana, misalnya pada tema binatang, guru memperlihatkan gambar kumpulan binatang. Selanjutnya anak disuruh mengamati gambar binatang tersebut dan diminta mengelompokan binatang yang hidup di darat dan di laut. Kemudian anak diajak untuk menganalisis atau mengurai bagian-bagian organ tubuh binatang dan menyimpulkannya.

Selanjutnya, lingkup program pembelajaran sains terkait dengan pengembangan sikap-sikap sains, diarahkan pada penguasaan sikap yang mencerminkan seorang ilmuwan. Diantara pembentukan sikap sains yang dapat dikembangkan dan diprogramkan yaitu sikap rasa tanggung jawab, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur dan terbuka terhadap pendapat orang lain.

 

C.    Perencanaan Pembelajaraan Terpadu Sains Aud

 

Perencanaan adalah aktivitas yang menggambarkan di muka hal-hal yang harus dikerjakan dan cara mengerjakannya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan (The Liang Gie, 1996). Pendapat lain dikemukan oleh Murdick and Ross (2000), bahwa perencanaan merupakan pemikiran yang mendahului tindakan mencakup pengembangan dan pemilihan alternatif-alternatif tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Lalu apakah yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran?. Nana Sudjana (1988), secara umum mendefinisikan perencanaan pembelajaran adalah kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilakukan dalam suatu pembelajaran (PBM), yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan menetapkan) komponenkomponen pengajaran; sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara pencapaian kegiatan (metode dan teknik) serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sistematis.

Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pembelajaran sains pada anak usia dini diantaranya adalah sebagai berikut:

 

a)     Merumuskan tujuan pembelajaran

Dalam menentukan tujuan pembelajaran bagi program pendidikan anak usia dini selama ini masih mengalami miskonsepsi. Menurut Bredekamp and Rosegrant dalam Ilfiandra (2011) miskonsepsi ini berasal dari kekeliruan mengartikan istilah “childcentered” yang dimaknai sebagai “childdetermined”, “child-dictated”, dan “childindulgent”. Dalam perspektif Pendidikan Anak Usia Dini, tujuan pembelajaran meliputi semua dimensi perkembangan, berdasarkan pemahaman terhadap tingkat perkembangan, dan kebutuhan dan perkembangan individual anak. Oleh karena itu, dalam pembelajaran sains, Nugraha (2000), menjelaskan bahwa sebetulnya terdapat dua teknik penentuan tujuan pembelajaran sains. Pertama, dengan memilih dari kurikulum/program sains yang telah ada; jika hal tersebut memang tersedia. Kedua, dengan merumuskan sendiri dengan mengacu pada rambu-rambu yang semestinya. Rumusan tujuan hendaklah jelas sasarannya, dapat digambarkan perilakunya, kondisi penunjang atau prasyaratnya efektif serta tingkat atau kualifikasinya sesuai dengan karakteristik anak.

 

b)     Menentukan material yang dibutuhkan

Rumusan tujuan yang dibuat oleh guru sains, jika rumusannya benar dan dibuat secara sempurna akan menunjukkan dan menggambarkan, paling tidak memprediksi berbagai kebutuhan material yang diperkirakan diperlukan. Sejumlah contoh material yang dapat digunakan dalam pembelajaran sains bagi anak usia dini, diantaranya: akuarium, lem, palu, baking soda, tabung karet, jam pasir gelas takaran dan sebagainya. Semua peralatan tersebut jika tersedia di sudut (area) kegiatan sains, maka guru tinggal memilihnya; tetapi jika tidak ada maka tetap harus mengusahakan dengan maksud tujuan yang telah dicanangkan dapat tercapai secara baik.

 

c)     Penyiapan anak dan setting lingkungan

 Kegiatan yang terkait dengan penyiapan anak meliputi: penyiapan emosi, pengenalan peraturan, pembagian kerja, pembagian kelompok, dan sebagainya. Adapun yang terkait dengan setting lingkungan, menyiapkan lingkungan atau tempat yang akan digunakan anak dalam melakukan eksplorasi dan pengkajian sains, baik di sudut (area) sains (laboratorium), maupun di luar (di kebun sekolah, taman, sawah, dan sebagainya), yang disebut laboratorium alamiah

 

d)    Pengembangan kegiatan

 Kegiatan yang mesti diidentifikasi secara jelas yaitu kegiatan anak dan kegiatan Guru/ Tutor selama pembelajaran sains. Baik untuk kegiatan pada awal, kegiatan inti maupun kulminasi (review, eveluasi, displai/ pameran), serta kegiatan penutup seluruh aktivitas sains yang telah dijalankan

 

e)     Penguatan dan penghargaan

Pembelajaran yang bernilai edukatif yaitu kegiatan yang dapat menimbulkan gairah belajar anak. Salah satu alat yang dapat digunakan yaitu dengan menyediakan berbagai variasi penguatan dan penghargaanm sehingga kemajuan dan motivasi anak makin meningkat. Hindarilah hukuman seminimal mungkin. Berbagai penguatan dan perhargaan dapat dilakukan melalui ucapan, gerakan, atau penunjukkan peran positif pada anak (misal: Sang Profesor), atau dengan gift (kado/benda) dan lain-lain. Kemudian tentukanlah dalam perencanaan, misalkan anak yang pekerjaan sain dengan sempurna di beri coklat atau bunga, atau sesuatu yang diperkirakan bermanfaat bagi peserta didik

 

f)     Melakukan tindakan pengayaan

Kebermaknaan suatu studi sains akan semakin tinggi jika para guru menyediakan program pengayaan. Program yang direncanakan tidak selalu dalam bentuk formal, bahkan yang terbaik dalam bentuk menyenangkan. Untuk pengayaan guru dapat merencanakan kunjungan ke kebun binatang, kantor pos atau ke tempat-tempat yang cocok dengan bidang sains yang dikembangkan, termasuk ke industri; seperti ke pabrik roti, bengkel mobil, perusahaan batik, dan sebagainya.

 

 

D.    mengembangkan penilaian pembelajaran sains Anak usia dini

Kegiatan evaluasi merupakan suatu kesempatan untuk merefleksikan pengalaman anak serta sebagai alat untuk mengetahui kemajuan proses maupun hasil belajar anak yang dicapai oleh anak. Jika tujuan evaluasi itu dilihat dari sisi implikasi dan konsekuensi yang lebih jauh, maka tujuan penilaian tersebut dimaksudkan untuk merencanakan kurikulum pengembangan anak, meningkatkan perkembangan kemampuan anak selanjutnya, serta keberhasilan belajar anak di kelas; baik pada dimensi individu, kelompok, maupun klasikal. Dengan demikian kedudukan perkembangan dan kemajuan anak serta langkah-langkah tindak lanjutnya dapat diketahui secara baik dan sistemik melalui serangkaian kegiatan evaluasi yang dilaksanakan. Terdapat beberapa jenis dan cara melakukan evaluasi pembelajaran sains pada anak usia dini, diantaranya melalui:

a)     Observasi atau Pengamatan Observasi

 cara pengumpulan data penilaian yang pengisiannya berdasarkan pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Agar data perkembangan anak selama mengikuti program sains dapat diperoleh secara rinci dan akurat, serta tidak ada bagian yang terlewatkan maka sebaiknya guru menggunakan pedoman observasi yang tepat.

 

b)    Catatan Anekdot Catatan anekdot atau “anecdotal record”

kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak yang khusus, baik yang positif maupun yang negatif. Kedua perilaku tersebut apabila muncul pada anak saat mengikuti program sains, harus dicatat oleh guru. Hal itu akan sangat berguna bagi pembinaan anak, dan penentuan keputusan serta layanan khusus lainnya.

 

c)     Percakapan Atau “Interview”

Percakapan adalah metode penilaian yang dilakukan melalui bercakap-cakap atau wawancara antara anak dengan guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Percakapan sangat berguna untuk menggali secara langsung tentang apa yang sedang dirasakan, dipikirkan dan diinginkan anak. Dari percakapan kita akan dapat memperoleh gambaran tentang minat, motivasi, dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam program sains. Pada saat melakukan percakapan sebaiknya guru selalu memegang daftar cek perkembangan anak, sehingga segala hasilnya terdokumentasikan.

 

d)    Pemberian Tugas Pemberian tugas

Suatu metode penilaian di mana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil kerja anak. Pemberian tugas dalam kegiatan sains pada anak dapat dilakukan secara kelompok, berpasangan ataupun individual sehingga hasil pemberian tugas dapat berupa satu hasil karya kelompok, sepasang atau seorang anak. Yang terpenting dalam pemberian tugas pada aktivitas sains yang harus dinilai bukan hanya hasilnya, guru juga harus menilai bagaimana proses sains dilaksanakan oleh setiap anak. Dari sejumlah cara evaluasi sains yang dapat dilakukan guru di atas, akan menjadi semakin bermakna dan fungsional bagi guru/tutor apabila dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip berikut ini:

a)    Evaluasi

Dilakukan dengan mengacu pada prinsip perkembangan anak bukan pada prestasi. Jadi evaluasi kemajuan sains setiap anak tidak dibandingkan secara formal dengan anak lainnya, karena memang setiap anak adalah berbeda (every child is defferent),

b)    Kegiatan evaluasi

Kegiatan evaluasi sains hendaklah selalu dilaksanakan pada saat anak sedang dalam kegiatan. Disanalah saat tepat anda mengetahui apa yang dilakukan, apa yang diselesaikan, apa yang dipikirkan bahkan termasuk apa yang dihayalkan anak terkait dengan kegiatan sains yang sedang dilaksanakannya,

c)     Lakukanlah evaluasi

Lakukan evaluasi dengan cara alamiah atau naturalistik, sehingga meskipun Guru/Tutor melakukan evaluasi pada saat anak sedang melakukan kegiatan, tetapi anak tidak merasa terganggu. Tidak perlu Guru/ Tutor mengumumkan pada anak bahwa guru/ tutor akan dan sedang mengevaluasi, kesadaran itu hanya ada pada guru/tutor yang sedang menilai saja, dan

d)    Lakukanlah penandaan, pencatatan dan reportase

Lakukan secara segera terhadap segala perilaku yang muncul pada anak pada saat mengikuti kegiatan sains. Guru yang memahami arti penting evaluasi pada anak usia dini, akan selalu menyelipkan beberapa lembar kertas disakunya serta sebuah alat tulis yang dapat digunakan setiap saat diperlukan. Dengan demikian perilaku penting yang terjadi pada anak dapat segera dicatat dan tidak terlewatkan untuk didokumentasi. Ingatlah karakteristik anak usia dini yang spontan, mudah beralih, dan dinamis; sehingga kesempatan berperilaku kadangkadang hanya sekali saja.

https://drive.google.com/file/d/1TAnytEvSWKAO1haShD-I7Fr9SkU6vh5f/view?usp=sharing

 


Berlangganan di Blog CLS IKIP Siliwangi
Arsip
  • July 2022 (1)
  • April 2022 (1)
  • March 2022 (3)
  • February 2022 (1)
  • January 2022 (44)
  • December 2021 (1)
  • August 2021 (68)
  • July 2021 (140)